Jakarta – Pandemi Covid-19 memberikan tekanan hebat kepada sektor industri dari dua sisi, sisi supply dan sisi demand. Sisi supply terganggu akibat terhambatnya rantai pasok global (supply shock). Sementara sisi demand terganggu utamanya akibat menurunnya daya beli masyarakat.
Banyak industri manufaktur yang memutuskan mengurangi utilitas, bahkan menghentikan produksinya.
Pelambatan pertumbuhan industri manufaktur sebagaimana dipaparkan di atas membuat beberapa kalangan berpendapat bahwa sedang terjadi atau setidaknya sudah ada gejala deindustrialisasi di Indonesia.
Nampaknya tidak demikian. Suatu negara dapat dikatakan mengalami deindustrialisasi manakala terjadi pertumbuhan negatif secara berturut-turut dalam kurun waktu yang cukup lama.
Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menyebut bahwa industri pengolahan nasional selalu menunjukkan pertumbuhan yang positif dan selalu menjadi motor penggerak perekonomian nasional.
“Pertumbuhan negatif hanya terjadi sebanyak dua kali akibat kejadian luar biasa yaitu minus 11,5% akibat dampak krisis 1997 dan minus 2,93% pada tahun 2020 akibat dampak pandemi Covid-19,” kata Menperin Agus di Jakarta, Selasa (17/8/2021).
Meski demikian, sambungnya, pada tahun berikutnya sektor industri pengolahan kembali tumbuh. Di triwulan II/2021, pertumbuhan industri manufaktur rebound ke level positif di angka 6,91 persen.

Di samping itu, angka absolut kontribusi sektor industri pengolahan dalam PDB secara umum meningkat meski secara persentasenya terhadap PDB menurun.
“Ini sejalan dengan kontribusi ekspor sektor industri manufaktur dalam ekspor nasional dan nilai investasi di sektor industri manufaktur yang selalu meningkat dari tahun ke tahun,” terangnya.
Kontribusi ekspor sektor industri dalam ekspor nasional pada tahun 2020 tercatat sebesar 80,3 persen, dan pada Januari-Juni 2021 tercatat sebesar 78,80% yang mendorong surplus neraca perdagangan Indonesia sebesar US$8,22 miliar.
Investasi di sektor industri pun terhitung terus meningkat naik sejak tahun 2020 dan pada periode Januari-Juni 2021 kemarin tercatat sebesar Rp 167,1 triliun atau naik 29 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2019.