Jurnalindustry.com – Jakarta – PT Pertamina International Shipping (PIS) siap memanfaatkan momentum kawasan Asia Tenggara menjadi salah satu hub utama perdagangan LNG dunia.
Selain posisi yang strategis sebagai poros maritim dunia, beberapa negara Asia Tenggara termasuk Indonesia juga berencana meningkatkan produksi LNG mereka untuk memenuhi kebutuhan pasar ekspor.
Direktur Tanker Minyak Mentah dan Minyak Bumi PIS Brilian Perdana di forum Gastech 2024, Amerika Serikat menyampaikan bahwa kebutuhan LNG dunia akan terus meningkat sekitar 5% per tahun dan akan mencapai 666 mtpa (million tonnes per annum) pada 2033. Guna memenuhi permintaan tersebut, diperkirakan butuh 100 kapal baru dalam 9 tahun mendatang.
“Itu sebabnya kami berusaha meremajakan usia armada kami. Pada saat bersamaan, kami juga terbuka dan berusaha mengadopsi teknologi terbaru yang lebih ramah lingkungan baik dari segi efisiensi maupun konsumsi untuk memenuhi tingginya kebutuhan tersebut,” imbuh Brilian.
LNG sudah terbukti dapat menjadi sumber energi alternatif dengan emisi yang lebih rendah dari sumber energi lain. Apalagi komoditas ini juga memiliki peranan penting dalam mendukung transisi energi.
Mengantisipasi hal tersebut, PIS bersiap memasuki pasar LNG dengan memiliki kapal pengangkut LNG. Kapasitas dan portfolio PIS sebagai perusahaan maritim logistik di pasar internasional menjadi modal kuat PIS untuk berkontribusi dalam upaya penyediaan energi yang ramah lingkungan ini.
Brilian menambahkan, tidak hanya menyiapkan armada tanker, PIS juga terus mengembangkan kapasitas dan kapabilitas pelaut Indonesia untuk bisa bersaing di kancah global.
“Saat ini 60% pelaut di dunia disumbang dari Filipina dan Indonesia. jadi dari sisi populasi, kita telah memiliki potensi untuk terus dikembangkan dan ditingkatkan kapasitas para pelautnya,” ungkapnya.
Director Deputy Head Drewry Maritime Services Asia Pte Ltd Jayendu Krishna mengungkapkan Kawasan Asia Tenggara mencatat pertumbuhan yang stabil setiap tahunnya yakni lebih dari 4%. Dari pertumbuhan tersebut, Asia Tenggara mencatat jumlah Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar US$ 3,4 triliun.
“Tentunya, ada harapan pertumbuhan yang sangat baik untuk kawasan ini, dan kami mengharapkan pertumbuhan di atas 4% untuk seluruh Asia Tenggara,” kata Krishna.
Dengan pencapaian itu, PDB Asia Tenggara dapat menjadi yang terbesar kelima di dunia setelah Amerika Serikat, China, Jepang, dan Jerman.
Krishna menilai bahwa kesempatan bagi PIS untuk berada di garis depan sektor energi bersih sangat terbuka lebar.
Dia menunjukkan bahwa PIS memiliki armada yang besar dan maju, sementara banyak perusahaan pemilik kapal lainnya di Asia Tenggara masih relatif kecil dan kurang dilengkapi untuk memenuhi tujuan keberlanjutan.
“PIS memiliki potensi untuk menjadi pelopor dalam upaya dekarbonisasi. Menentukan cara yang tepat untuk mendekarbonisasi dan dampak target terhadap perubahan iklim adalah perhatian paling mendesak di industri saat ini,” tutup Krishna.