Tangerang – Pemilihan umum (Pemilu) yang berjalan aman dan lancar diharapkan menjadi momentum bagi pelaku industri properti untuk melanjutkan rencana bisnis yang sempat tertahan karena wait and see menunggu situasi politik pasca pemilu.
Wakil Ketua Umum DPP Realestat Indonesia (REI), Ikang Fawzi menegaskan asosiasi melihat situasi dan kondisi suksesi nasional 2024 yang berlangsung kondusif sebagai kesempatan untuk memperkuat industri properti ke depan. Terlebih secara umum, REI memandang optimistis kondisi pasar properti di tahun 2024.
“Sejauh ini kondisi politik dan makro ekonomi nasional cukup baik, meski pun ada riak-riak yang merupakan dinamika demokrasi. Tapi secara umum kondisi berjalan stabil dan sektor properti di 2024 dapat tumbuh di kisaran 7%-10%,” ungkapnya pada acara Elevee Media Talk dengan topik “Prospek Pasar Properti Pasca Pemilu” di Alam Sutera, Tangerang, Senin (26/2).
Ikang menambahkan, sektor properti di 2023 masih bergerak positif, di tengah pelemahan dan ketidakpastian ekonomi global akibat konflik di Ukraina dan lain-lain.
Bahkan menurut data Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) sektor properti yang mencakup perumahan, kawasan industri dan perkantoran sepanjang 2023 berada di peringkat keempat sektor dengan realisasi investasi terbesar di Indonesia. Artinya, investor (pengembang) baik dalam negeri maupun asing masih melihat industri properti di Tanah Air cukup prospektif.
Di 2024, pemulihan sektor properti diprediksi masih akan terus berlanjut. Selain karena alasan Pemilu yang berlangsung kondusif, bergeraknya sektor properti juga ditopang beberapa faktor.
Yang terutama, kata Ikang, adalah dengan adanya kebijakan insentif Pajak Pertambahan Nilai Di Tanggung Pemerintah (PPN DTP) yang untuk penerapannya di tahun 2024 sudah ada kepastian dengan terbitnya Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No.7 Tahun 2024 pada 13 Februari 2024 lalu.
“PMK ini memberikan kepastian dan membuat pasar properti semakin bergairah, karena minat konsumen semakin meningkat terutama untuk sub-sektor residensial baik rumah tapak maupun apartemen yang ready stock (siap huni) dengan harga di bawah Rp5 miliar,” ujar rocker era 80-an itu.
Dijelaskan Ikang, sub-sektor residensial akan tetap menjadi primadona di 2024 karena kebutuhan perumahan masih besar sekali dengan kekurangan (backlog) rumah mencapai 12,7 juta unit, serta adanya tambahan kebutuhan dari end-user sebanyak 800.000 unit setiap tahunnya.
Faktor lain yang diperkirakan turut menjadi pendorong bagi peningkatan kinerja sub-sektor residensial di 2024 adalah tingkat suku bunga kredit pemilikan rumah dan kredit pemilikan apartemen (KPR/KPA) yang sedang menuju tren menurun dan adanya potensi pertumbuhan penyaluran kredit properti.
Saat ini suku bunga acuan tinggi yang terjadi di berbagai negara sudah mencapai puncaknya. Begitu pula suku bunga acuan Amerika Serikat (AS) atau Fed Fund Rate (FFR) yang diprediksi akan turun di 2024.
Jika itu terjadi, maka bakal berdampak pada penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate). BI juga memproyeksikan kemungkinan suku bunga acuan akan kembali dipangkas dalam beberapa waktu ke depan.
“Kemungkinan di semester II-2024 suku bunga acuan BI mulai turun. Penurunan BI Rate itu akan menjadi angin segar bagi sektor properti jika diikuti dengan penurunan bunga KPR/KPA,” jelas Ikang.
REI menawarkan pendekatan Propertinomic sebagai solusi untuk mendorong pertumbuhan sektor properti termasuk perumahan.
Propertinomic bertopang kepada 4 pilar yakni kelembagaan, kebijakan, anggaran dan penetapan proyek-proyek properti sebagai Program Strategis Nasional (PSN).
“Pasca pemilu akan terbentuk pemerintahan baru yang legitimate. Kami berharap akan adanya kementerian khusus yang menangani perumahan, permukiman dan perkotaan. Hal itu penting agar kebijakan yang dibuat pemerintah mampu mendukung ekosistem penyediaan perumahan termasuk kenaikan anggaran untuk pembangunan perumahan,” tegasnya.
Harapan senada diungkap Chief Marketing Officer Elevee Condominium, Alvin Andronicus. Menurutnya, sektor properti mayoritas dijalankan oleh pelaku usaha swasta.
Dikatakan Alvin, selama ini pembangunan infrastruktur yang masih dilakukan pemerintah sudah cukup bagus dalam memacu sektor properti, namun masih perlu didukung pembuatan kebijakan yang mendorong pasar properti terus bertumbuh.
Salah satunya insentif seperti PPN DTP yang diharapkan mampu memacu kembali gairah sektor properti yang sudah mulai bergerak pasca pandemi Covid-19.
Meski menyambut baik adanya PPN DTP, namun Alvin berharap dalam penerapannya tidak hanya untuk unit yang ready stock saja, tetapi insentif fiskal tersebut dapat pula diberlakukan untuk rumah yang sedang progres pembangunan.
“Pasca pemilu ayo para pengembang kita back to business lagi, kembali membangun properti termasuk hunian untuk menuntaskan backlog perumahan. Kita terus dukung program-program pemerintah terlebih sudah disiapkan stimulus pasar seperti PPN DTP ini,” ajak Alvin.
Dia menegaskan, pasar properti ini sangat tergantung kepada gairah pelaku industri dan masyarakat. Oleh karena itu, pengembang jangan berdiam diri tetapi harus jemput bola.
Elevee Condominium misalnya, saat ini semakin menggencarkan promosi, kerja sama produk dengan sejumlah bank, pemberian paket-paket pembayaran untuk konsumen, serta aktif melakukan marketing roadshow ke beberapa daerah potensial.
“Tidak hanya ajakan, atau edukasi ke pasar terkait produk yang ditawarkan. Kita juga harus memberikan informasi terkini terkait progress pembangunan Elevee. Contohnya di beberapa titik media luar ruang, kita buatkan videotron LED untuk memberikan informasi progres pembangunan proyek, secara berkala,” tutup Alvin.