Jakarta – Kolaborasi antara Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) dan Kementerian UMKM dan Startup Republik Korea (Ministry of SMEs and Startups Republic of Korea), sukses menciptakan para startup yang tak hanya kreatif, tetapi juga berorientasi pada bisnis hijau (green economy), yang mendukung Sustainable Development Goals (SDGs).
“Kita tahu, Korea maju dalam hal teknologi, dan Indonesia tidak hanya merupakan pasar yang besar, namun bangsa kita memiliki sumber daya dan banyak anak muda potensial dengan ide kreatif yang luar biasa,” ucap Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki saat memberikan arahan dalam acara Temu Wicara Pemenang Kompetisi Wirausaha Inovatif 2021 di Gedung KemenKopUKM, Jakarta, (27/12).
Hadir dalam kesempatan tersebut, Deputi Bidang Kewirausahaan KemenKopUKM Siti Azizah, Sekretaris KemenKopUKM Arif Rahman Hakim, Para Pemenang dan Top 10 Korea-ASEAN Business Model Competition 2021 dan Para Pemenang Ecothon Indonesia 2021.
Menteri Teten melanjutkan, Korsel juga termasuk negara yang menjadi bagian dari rantai pasok industri global. Pihaknya percaya, dengan kolaborasi ini, Indonesia mampu menyiapkan masa depan UMKM yang punya daya saing.
“Dalam kerja sama ini yang ingin kita targetkan persentase kewirausahaan untuk naik,” imbuh Teten.
Selanjutnya, Menteri Teten juga memberikan apresiasi kepada pihak-pihak yang terlibat aktif baik perwakilan pemerintah Korea maupun Indonesia. Dalam hal ini para stakeholder baik dari lembaga incubator, dunia usaha dan industri, dan akademisi.
“Era industri 4.0 adalah era kolaborasi, pemerintah tidak lagi bekerja sendiri. Kolaborasi menjadi kunci untuk bangkit dan pulih,” kata MenKopUKM.
Diakuinya, saat ini kondisi global telah mengalami perubahan, pandemi Covid-19 dan dinamika perekonomian dunia yang sangat cepat, memaksa para pelaku usaha untuk berpikir kreatif menangkap semua ini sebagai peluang dan berinovasi untuk tetap bertahan dan menjaga keberlanjutan (sustainability) baik ekonomi, lingkungan maupun sosial.
Kementerian Koperasi dan UKM sendiri saat ini fokus dalam peningkatan jumlah pelaku usaha skala kecil dan menengah untuk memperkuat struktur ekonomi. Dibutuhkan pertumbuhan wirausaha berbasis inovasi (innovation-driven enterprises) sehingga menjadi UKM unggul dan berkelanjutan (high-growth enterprises).
Menteri Teten menegaskan, kerja sama Indonesia-Korea ini, juga mendorong para pelaku usaha untuk meningkatan kesadaran akan bisnis hijau (green economy) yang mendukung Sustainable Development Goals (SDGs) dengan prinsip usaha yang menerapkan dimensi people, profit dan planet.
Dalam kaitannya dengan UMKM Naik Kelas, Kementerian Koperasi dan UKM mendorong startup untuk mendukung UMKM Naik Kelas. Keberadaan startup diharapkan dapat menjadi katalis dan akselerator majunya UMKM Indonesia.
“Startup juga diharapkan dapat menjadi enabler dan aggregator bagi pelaku usaha mikro, sehingga mampu menjadi jembatan bagi usaha mikro untuk dapat naik kelas,” tegas Teten.
Menteri Teten berpesan, untuk menciptakan startup yang berdampak bagi perekonomian nasional, peran serta para stakeholder agar membantu mengakselerasi startup ini menjadi Future SMEs sangat dibutuhkan.
Ia mengajak seluruh stakeholder disini untuk dapat menciptakan ekosistem keterhubungan rantai nilai hulu hilir dalam skala ekonomi.
“Kami juga membuka pintu seluas-luasnya untuk menerima masukan maupun sumbangsih ide dan inisiatif kerja sama dari berbagai pihak,” katan Teten.
Deputi Bidang Kewirausahaan KemenKopUKM Siti Azizah menambahkan, KemenKopUKM memberikan apresiasi wirausaha muda, berbasis inovasi, berkelanjutan yang merupakan hasil dua kompetisi bertaraf internasional hasil kerja sama KemenKopUKM Kementerian UMKM dan Startup Republik Korea.
Kompetisi pertama adalah Ecothon Indonesia, dengan tema Sustainable Consumption and Production (SCP), yang merupakan kompetisi bisnis model dengan level wirausaha. Yaitu calon wirausaha (masih berbentuk ide bisnis/ prototype) hingga wirausaha pemula (sudah diterima pasar dan butuh diakselerasi lebih lanjut).
Kompetisi kedua adalah Korea-ASEAN Business Model Competition (BMC), dengan tema Digital Economy for SDGs, yang merupakan kompetisi bagi wirausaha pemula dan mapan yang telah siap produk/jasa nya, diterima pasar dan usahanya telah berbadan hukum/ terdaftar, namun butuh akselerasi lebih lanjut untuk menjadi usaha kecil dan menengah (omzet di atas Rp 2-50 miliar).
“Lesson learned dari kedua kegiatan ini selain kompetisi startup, terjadi proses pembelajaran, networking dan mentoring dari mentor skala internasional,” kata Azizah.
Menurut Azizah, para pemenang telah melewati serangkaian tahapan, terkurasi dari 140 tim eco-entreprenuer untuk kegiatan Ecothon Indonesia, dan 173 startup ASEAN dan Korea untuk kegiatan Business Model Competition.
Tiga dari empat pemenang Business Model Competition merupakan startup berasal dari Indonesia, dan satu pemenang startup berasal dari Korea Selatan. Hal ini menunjukkan, potensial talenta muda Indonesia yang usahanya berbasis Research dan Development (R&D), Digital, Industri 4.0, Bisnis Hijau (Green Business) yang ramah lingkungan, serta berbasis energi terbarukan serta mendukung Sustainable Development Goals (SDGs).
KemenKopUKM turut mengundang berbagai stakeholder seperti Nexus Indonesia, Astra Internasional, Yayasan Dharma Bhakti Astra, Fundex, Investree, dan ANGIN.
“Sesuai arahan MenKopUKM agar tercapai dampak nyata bagi perekonomian nasional, diperlukan peran stakeholder untuk mengawal akselerasi para pemenang hingga menjadi future SMEs dengan menciptakan ekosistem keterhubungan rantai nilai hulu hilir dalam skala ekonomi,” ujar Azizah.
Pihaknya berharap, agar kolaborasi ini terus berlanjut. Semoga inisiasi baik ini bisa memberikan dampak yang positif bagi perkembangan startup dan perekonomian nasional serta hubungan Indonesia-Korea.
Di waktu yang sama Sekretaris Jenderal ASEM-Eco-Innovation Center (ASEIC) Cho Choong-lai secara daring menyampaikan pilot project kerjasama antara kedua pemerintah yaitu KemenKopUKM bersama Kementerian UKM dan Startup Korea memiliki Green Business Center (GBC).
“Perusahaan rintisan pemenang penghargaan telah menunjukkan bahwa mereka membawa dunia kita menuju pemulihan dengan menggunakan metode digital yang sesuai dengan slogan SDGs ‘No one leave behind’,” ucapnya.
Cho Choong-lai berharap kesempatan ini dijadikan sebagai batu loncatan untuk menjadi Unicorn, perusahaan Decacorn di masa depan.