Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyebutkan bahwa industri tekstil dan produk tekstil (TPT) menjadi salah satu industri yang sangat terpukul dengan adanya pandemi COVID-19. Bahkan, laju pertumbuhan TPT mengalami penurunan hingga minus 4,54 persen.
Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil (IKFT) Kemenperin Muhammad Khayam menjelaskan bahwa kontribusi industri padat karya yang masuk dalam katagori industri strategis nasional ini pun menurun menjadi 6,07 persen.
Meski begitu, Khayam mengaku tetap optimistis TPT nasional dapat kembali pulih dari tekanan dan dampak pandemi COVID-19.
”Beberapa industri yang berdampak cukup berat adalah industri TPT yang ditandai dengan laju pertumbuhannya yang masih minus di angka 4,54 persen,” katanya dalam diskusi virtual (12/8/2021).
Menurutnya, industri TPT dapat segera pulih jika pandemi mulai dapat teratasi di Tanah Air. Hal ini didasarkan pada kinerja industri TPT di kuartal II tahun 2021 yang meningkat sebesar 0,84 persen dibandingkan kuartal sebelumnya.
Dari sisi ekspor dan investasi TPT juga terus mengalami pertumbuhan. Khayam mengatakan tercatat ekspor TPT dari Januari hingga Juni 2021 juga mengalami peningkatan sebesar 13 persen, menjadi USD 5,87 miliar.
”Dari sisi investasi juga mengalami pertumbuhan yang baik. Dengan nilai investasi Rp3,5 triliun atau mengalami kenaikan 27 persen,” ucapnya.
Dengan besarnya potensi industri TPT, kata Khayam, pemerintah menetapkannya sebagai salah satu industri strategis nasional. Selain mampu menyumbangkan devisa yang cukup banyak, TPT juga dapat manyerap tenaga kerja dalam jumlah besar.
”Industri ini menjadi penghasil devisa dengan perkiraan nilai ekspor tahun 2020 10,55 miliar dolar AS dan menyerap tenaga kerja 3,43 juta orang,” tuturnya.