Penulis: Muhamad Nur Rahmat, Mahasiswa Master Technology Management President University
Jurnalindustry.com – Bisa dipastikan bahwa semua pemilik bisnis menginginkan produk dagangannya ramai laris dibeli konsumen. Namun, di tengah ketatnya persaingan pasar sekarang, sebagai pemilik bisnis kita harus pandai memutar otak agar konsumen menjatuhkan pilihannya pada produk yang kita jual.
Langkah awal yang perlu diperhatikan oleh pemilik bisnis untuk memikat konsumen agar menjatuhkan pilihannya pada produk yang kita jual adalah memastikan brand dan produk yang kita jual dikenal baik oleh khalayak ramai.
Tak bisa dipungkiri, peran sosial media seperti Tiktok dan Instagram sekarang ini membawa peran besar bagi bisnis. Konten-konten viral yang seliweran di beranda sosial media kita, atau di Tiktok biasa kita sebut FYP (For Your Page) terbukti mampu meningkatkan penjualan dan meraup omzet yang besar.
Sebagai pemilik bisnis, kita harus mampu untuk beradaptasi dan bergabung dengan dunia digital ini agar penjualan kita tidak merosot, bahkan harus semakin melejit.
Ada banyak strategi pemasaran yang sering digunakan untuk membangun brand awareness. Membangun brand awareness berarti membuat calon pembeli mengenali dan meningat kembali produk maupun brand kita. Semakin sering dan getol kita melakukan aktivitas branding, semakin aware dan semakin ingat konsumen dengan produk dan brand kita, semakin besar pula peluang konsumen untuk membeli produk kita.
Salah satu strategi promosi yang tetap ramai digunakan hingga sekarang adalah menggunakan Endorsement (atau yang akrab disebut Endorse). Endorse adalah aktivitas promosi yang melibatkan pihak ketiga untuk mempromosikan suatu produk atau jasa. Pihak ketiga yang diajak bekerjasama adalah seseorang yang dianggap mempunyai “power” di media sosial sesuai niche nya masing-masing, seperti memliliki banyak jumlah pengikut atau followers (dikenal juga sebagai influencer/selebgram/selebtok/KOL (Key Opinion Leader)). Sejauh ini, endorse dianggap dan terbukti mampu untuk dijadikan strategi dalam mendongkrak brand awareness konsumen sekaligus mendongkrak penjualan.
Sayangnya, dalam aktivitas endorse ini, pihak pemilik barang atau jasa harus merogoh kocek cukup dalam untuk pembayaran kepada pihak ketiga atas jasa promosi yang dilakukannya. Semakin besar power pihak ketiga (misal: semakin besar jumlah followers), semakin besar rupiah yang harus dikeluarkan. Tak jarang, untuk 30 detik iklan promosi di Instagram Story, pemilik bisnis harus mengeluarkan uang hingga jutaan rupiah.
Lantas, bagaimana cara agar brand dan produk kita dikenal oleh masyarakat luas dengan biaya seminimal mungkin?
Mari belajar dari brand fudgybro. Brand yang menjual brownies dengan klaim “fudgiest and tastiest bronie you’ll ever taste” ini pernah mengukir sukses pada penjualan produk Cookie Bomb nya. Dimulai pada pertengahan 2023 lalu, Cookie Bomb dari fudybro mampu bertengger di FYP Tiktok dalam kurun waktu yang lama. Sampai akhir tahun 2023 pun trend konsumen yang merekam momen “peledakkan” Cookie Bomb masih terus silih berganti muncul di FYP Tiktok. Strategi yang mereka gunakan adalah User Generated Content atau UGC Strategy.
Sebagai penjelasan singkat, Cookie Bomb merupakan produk brownie cookie dengan coklat leleh di dalamnya. Coklat leleh tersebut akan meledak seperti lava saat diberikan topping satu scoop ice cream di atasnya. Momentum peletakkan topping ice cream di atas cookie inilah yang lantas banyak di video konsumen dan mereka bagikan di sosial media, sebagai “the moment of truth” penantian akankah Cookie Bomb ini meledakkan lelehan coklatnya.
Ditambah, karyawan fudgybro selalu mengucapkan “Maaf ya Kak kalau ga meleleh” pada saat sebelum meletakkan ice cream scoop yang diyakini sebagian orang sebagai gimmick strategy untuk memperkuat UGC Strategy nya.
UGC Strategy secara simple dapat dikatakan sebagai konten yang dibuat, diunggah, dan dibagikan oleh si pengguna. Dalam hal ini, pengguna dari Cookie Bomb fudgybro adalah konsumen pembeli. Dengan menciptakan experience berbeda, ditambah dengan sedikit unsur gimmick strategy, pembeli fudgybro dengan sukarela merekam dan membagikan experience mereka itu ke sosial media. Semakin banyak orang yang melihat, semakin banyak orang aware dengan fudgybro dan Cookie Bomb, semakin banyak orang yang akan membeli.
Tak berhenti disitu, rantai untuk berlomba-lomba ingin juga membagikan rekaman the moment of truth peledakan lava Cookie Bomb juga terus berjalan hingga trend ini mampu bertahan lama bertengger di FYP.
Dari contoh fudybro ini, UGC Strategy adalah jawaban untuk mengiklankan produk dengan budget seminimal mungkin. Cukup pandai-pandai untuk menciptakan experience baru yang kreatif, agar konsumen kita dapat dengan sendirinya sukarela melakukan promosi tanpa mereka sadari.
Kira-kira, sudah kepikir UGC Strategy apa yang cocok untuk bisnis kalian?