Jurnalindustry.com – Jakarta – Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) mencatat kenaikan impor produk keramik asal India mencapai 150% pada empat (4) bulan pertama tahun 2025.
“Ya, impor produk keramik asal India naik 150% di empat bulan pertama tahun 2025. Kondisi ini tentunya sangat mengganggu industri keramik dalam negeri,” kata Ketua Umum Asaki, Edy Suyanto di Jakarta.
Menurutnya, India terindikasi melakukan praktik dumping, dan menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara pengalihan pasar ekspor keramik India ke Amerika Serikat (AS) yang terdampak perang tarif.
Oleh karena itu, Asaki meminta atensi pemerintah untuk segera turun tangan mengatasi banjirnya produk keramik impor asal India di dalam negeri.
“Kami ingin pemerintah melalui kementerian terkait segera turun tangan untuk melindungi industri keramik dalam negeri dari serbuan produk keramik impor asal India,” jelasnya.
Disamping itu, industri keramik nasional juga masih terbelenggu dengan masalah supply gas yang disertai dengan surcharge gas dari PGN sebesar US$ 16,77 MMBTU. Hal ini turut mempengaruhi kinerja industri keramik nasional.
“Kinerja industri keramik di semester I-2025 meskipun bertumbuh namun masih di bawah target Asaki yakni tingkat utilisasi mencapai 75%,” terangnya.
Menurut Edy, industri keramik nasional mulai perlahan-lahan meningkatkan kapasitas produksinya. Asaki mengestimasi tingkat utilisasi produksi di semester I-2025 ini berada di kisaran 70% – 71%, meningkat di bandingkan semester I-2024 yang berada di angka 60%. “Secara volume produksi meningkat 62 juta m2 atau bertumbuh 16,5%,” tuturnya.
Oleh karena itu, Asaki berharap pemerintah segera merealisasikan program 3 juta unit rumah yang akan menciptakan permintaan baru dalam negeri, yakni mendongkrak konsumsi ubin keramik, genteng keramik, dan produk sanitary.
“Estimasi kami (Asaki) program 3 juta unit rumah mampu mendorong peningkatan tingkat utilisasi produksi keramik nasional dari 70% menjadi 80% di semester II-2025,” tutup Edy.