Jurnalindustry.com – Surabaya – Surabaya semakin menegaskan perannya sebagai salah satu pusat strategis industri manufaktur furnitur nasional. Menjelang penyelenggaraan Indonesia Forestry and Woodworking Machinery Expo (IndoWood Expo) 2025, delegasi dari Tiongkok dan Singapura melakukan kunjungan intensif ke sejumlah sentra industri mebel di Jawa Timur.
Langkah ini menandai dimulainya kolaborasi internasional yang diyakini akan mempercepat transformasi industri kayu Indonesia menuju daya saing global yang lebih tinggi.
Ketua Umum Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI), Abdul Sobur, menyambut positif tingginya antusiasme pelaku industri di Jawa Timur.
“Jawa Timur merupakan salah satu pilar utama industri mebel nasional. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur, terdapat 32.387 perusahaan industri mebel di provinsi ini, yang terdiri dari 256 perusahaan skala besar dan menengah serta 32.131 perusahaan skala mikro dan kecil. Industri ini secara keseluruhan menyerap tenaga kerja sebanyak 121.061 orang, dengan sekitar 37% di antaranya bekerja pada perusahaan besar dan menengah,” jelas Sobur.
Lebih lanjut, ia menambahkan bahwa Jawa Timur juga merupakan sentra industri pengolahan kayu, produk kayu dan gabus, serta barang anyaman dari bambu, rotan, dan sejenisnya, dengan total 207.660 unit usaha, termasuk skala mikro dan kecil, yang menyerap tenaga kerja hingga 438.540 orang.
Dari sisi kinerja ekspor, berdasarkan data Bank Indonesia, nilai ekspor furnitur Jawa Timur selama periode Januari–Maret 2025 tercatat sebesar USD 159 juta, naik 11% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
“Sementara itu, ekspor produk kayu dan olahannya pada periode yang sama mencapai USD 105,3 juta, meski sedikit mengalami penurunan dibanding tahun lalu,” tambahnya.
Sinergi Teknologi
Kepercayaan dunia internasional terhadap potensi industri mebel Indonesia tercermin dari partisipasi produsen mesin ternama asal Tiongkok seperti Shunde Yongqiang, Richfruits, dan Nanxing Machinery. Dukungan ini diperkuat oleh kunjungan resmi Dongguan Dalingshan Woodworking Machinery Chamber of Commerce (DDWMC) ke Jawa Timur pada Januari 2025.
Dengan keunggulan biaya produksi yang efisien dan akses logistik strategis, Surabaya semakin dilirik sebagai mitra manufaktur oleh negara-negara Asia. Kolaborasi dengan produsen mesin asing diharapkan dapat mendorong kemandirian teknologi nasional dan mempercepat industrialisasi berbasis inovasi.
Tiga Pilar Strategis
IndoWood Expo 2025 akan digelar pada 19?21 Juni 2025 di Grand City Hall, Surabaya. Mengusung tiga pilar utama: Forestry (Kehutanan), Woodworking (Pengolahan Kayu), dan Machinery (Mesin dan Teknologi, pameran ini menjadi panggung utama untuk memperkenalkan inovasi produk, teknologi terkini, serta praktik pengelolaan hutan yang berkelanjutan.
Diselenggarakan oleh HIMKI bersama Dyandra Promosindo dan Pablo Publishing & Exhibition, pameran ini menempati area seluas 4.000 meter persegi, menghadirkan lebih dari 100 perusahaan dari lima subsektor utama:
- Mesin dan Peralatan Pengolahan Kayu
- Bahan Baku dan Suplai
- Finishing dan Perawatan Permukaan
- Peralatan dan Aksesori Tambahan
- Teknologi Komputer dan Perangkat Lunak Produksi
Selain area pameran, akan digelar pula Seminar & Workshop bersama pakar industri, akademisi, dan pelaku bisnis, guna memperkuat kapasitas dan wawasan para peserta dalam menyikapi tantangan dan peluang industri ke depan.
Ketua Umum HIMKI, Abdul Sobur, menegaskan bahwa IndoWood Expo 2025 adalah bagian dari komitmen HIMKI untuk mendorong industrialisasi furnitur Indonesia secara menyeluruh.
“Kami ingin menjadikan IndoWood sebagai katalis pertumbuhan industri, terutama di Jawa Timur, yang kini menjadi basis produksi terbesar. Pameran ini diharapkan memperkuat daya saing global dan mempercepat adopsi teknologi lokal,” tegasnya.
IndoWood Expo 2025 menjadi momentum strategis untuk memperluas jaringan kemitraan bisnis, mengakses teknologi terkini, serta menjajaki peluang pasar nasional dan global secara lebih luas. Perlu kita perhatikan bahwa modernisasi industri mebel nasional hanya dapat dicapai melalui penguasaan teknologi. Saat ini, sebagian besar mesin dan teknologi masih diimpor dari negara lain, khususnya Tiongkok.
Oleh karena itu, IndoWood Expo 2025 diharapkan dapat menjadi awal dari lahirnya inisiatif pengembangan teknologi mandiri demi kemandirian industri furnitur Indonesia di masa depan.